Senin, 10 Januari 2011

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia telah melewati berbagai fase sejarah di tempat asalnya dengan berbagai akulturasi budaya daerah yang disinggahi para penyebar atau muballigh muslim. Dalam perjalan sejarahnya sebelum masuk ke Indonesia, ajaran Islam sudah mengalami proses kodifikasi, sistimatisasi, dan pembidangan ilmu. Berbagai bidang keilmuan Islam yang lahir saat itu antara lain, ‘ulumul Qur’an, ‘ulumul hadis, fiqh, usul fiqh, kalam, tasawuf, linguistik, sastra arab, dan lain-lain. Oleh sebab itu, Islam masuk ke tanah air Indonesia sangat mungkin disertai dengan seperangkat keilmuan yang dibawa oleh para saudagar maupun dai dari Timur Tengah.
Kepastian mengenai kapan Islam pertama kali masuk ke Indonesia, dari mana dan siapa yang membawanya masih menjadi perdebatan para ahli sejarah. Sejumlah teori mengenai kedatangan Islam di Indonesia antara lain teori India, teori Arab, teori Cina, dan teori sufi.Teori India berpendapat bahwa asal Islam di Nusantara adalah anak benua India, bukan Persia atau Arabia. Diantara tokoh teori ini kebanyakan sarjana dari Belanda seperti Pijnapel , Snouck Hurgonje, dan J.P. Moquette . Menurut Pijnapel, Islam datang di Nusantara dibawa oleh orang-orang Arab bermazhab Syafi’I yang bermigrasi dan menetap di wilayah Gujarat dan Malabar India. Teori ini dikembangkan oleh Snouck Horgronje. Menurutnya, setelah Islam berpijak kokoh di beberapa pelabuhan anak benua India, banyak pedagang muslim yang berasal dari kota-kota pelabuhan anak benua India, banyak pedagang muslim yang berasal dari kota-kota pelabuhan itu datang ke Indonesia sebagi penyebar Islam pertama. Selanjutnya disusul oleh orang-orang Arab-kebanyakan keturunan Nabi Muhammad SAW karena menggunakan gelar syarif atau sayyid yang menyelesaikan penyebaran Islam di Indonesia. Bukti-bukti sejarah yang mendukung teori ini yaitu adanya batu nisan di Pasai tertanggal 17 Dzulhijjah 831 H/27 September 1428 M dan batu nisan Maulana Malik Ibrahim (w822 H/1419 M) di Gresik, sama jenisnya dengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat.
Teori Arab dikemukakan oleh T.W. Arnold, Naquib al-Attas, dan keputusan seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia tahun 1963, 1978 dan 1980. Teori Arab berkesimpulan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh orang Arab. Bukti sejarah dalam teori ini adalah dokumen “Izdharul Haqq dan tazkirat Thabakat Jam’u salatin” bahwa kerajaan Islam Perlak didirikan tahun 225 H (abad ke-9), dan catatan Marcopolo tentang kerajaan Perlak.
Teori Sufi yang dikemukakan oleh A.H. Johns, sebagaimana dikutip Azzumardi Azra’ bahwa para sufi pengembaralah yang melakukan penyiaran Islam ke Indonesia dan berhasil mengislamkan sejumlah besar penduduk sejak abad 13. Berkat otoritas karismatik dan kekuatan magis mereka, para sufi dapat mengawini puteri-puteri bangasawan, sehingga dapat memperpudah proses Islamisasi. Teori ke empat bahwa masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Cina. Teori ini dikemukakan oleh Al-Hadad bahwa Islam yang masuk ke Nusantara adalah Islam yang telah melewati beberapa kota di sepanjang jalur Sutera, yakni dari Mekkah, kemudian ke Baghdad (Irak), Kabul (Afganistan) , Kasmir (India), Singkiang , Zaitun, Canton (Cina) dan kemudian baru masuk ke Nusantara.
Dari berbagai teori masuknya Islam ke Indonesia dapat dikatakan bahwa Islam yang berkembang di Indonesia dalam sejarahnya tidak terlepas dari pengaruh Islam di Timur Tengah. Lebih dari itu bahwa dengan kemajuan teknologi dan informasi dewasa ini, fenomena atau wacana keilmuan Islam yang berkembang di Timur Tengah dapat dibaca “dirasakan” oleh masyarakat Indonesia, meskipun mungkin tidak tahu bahasa Arab. Hal ini dikarenakan buku-buku yang diterbitkan di Timur Tengah tidak lama kemudian juga diterbitkan oleh penerbit-penerbit Indonesia dalam edisi terjemahan.
Sumber:
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII Akar Pembaharuan Islam Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 3, 15
A. Hasjmy (ed), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (Bandung: Al-Maarif, 1993), hlm. 52.
Sayyid Alwi Thahir al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh” (Jakarta : Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta: S al-Mathba’ah al-Daimi, 1957), hlm. 48-49.
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia: Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 62.

Tidak ada komentar: