Senin, 24 Januari 2011

Kerajaan Mughal di India

Kerajaan Mughal letaknya di India dan Delhi sebagai Ibukotanya. Berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salahsatu dari cucu Timur Lenk. Ia bertekad ingin menguasai Samarkhan yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Maka pada tahun 1494 ia berhasil menaklukkannya berkat bantuan raja Ismail I, raja safawi. Pada tahun 1504 M ia juga dapat menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan. Kerajaan-kerajaan Hindu di India juga dapat ditaklukkannya.Babur meningal pada tahun 1530 M. diagnti oleh anaknya Humayun.(1530-1556 M) dapat menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang telah dikuasainya. Humayun meninggal karena terjatuh di tangga perpustakaannya (1556 M) , diganti oleh anaknya, Akbar.Akbar (1556-1606 M) dapat menaklukkan raja-raja India yang masih ada pada waktu itu, dan juga Bengal. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang libral dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi. Akbar juga menerapkan politik Sulakhul (toleransi Universal) , sehingg semua rakyat dipandangnya sama, tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Sultan-sultan yang besar setelah Akbar antara lain Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb adalah Sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan Mughal. Beberapa kemajuan kerajaan Mughal antara lain dalam bidang pertanian, yaitu berupa biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan celupan.Hasil karya seni kerajaan Mughal yang masih dapat dinikmati sampai saat ini adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan misalnya bangunan Masjid berlapiskan mutiara, dan Tajmahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan Istana indah di Lahore.Selain kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Mughal, ada beberapa faktor kelemahannya yang menyebabkan kehancurannya pada tahun1858 antara lain:

a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kemiliteran sehingga tidak bisa memantaugerak langkah tentara Inggris di wilayah-wilayah pantai. Begitu pula kekuatanpasukan daratnya semakin kurang handal, teruatama dalam mengoperasikapersenjataan buatannya sendiri.
b. Dekadensi moral dan hidup mewah di kalangan pembesar kerajaan yangmengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang.

c. Terlampau kasarnya sikap Aurangzeb dalam melaksanakan ide-idenya yangmenyebabkan terjadinya konplik antara agama, misalnya aliran Syikh, Syi’ah dan sunni.

d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir kekuasaan Mughal adalahorang-orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan

Kerajaan Safawi di Persia

Cikal bakal kerajaan ini sebenarnya berasal dari perkumpulan pengajian tasauf tarekat safawiyah yang berpusat di kota Ardabil, Azerbaijan. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din, seorang keturunan imam Syi’ah yang ke enam, Musa al Kazhim. Kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Gerakan tarekat ini lama kelamaan berubah bentuk menjadi gerakan politik. Jama’ah atau murid-muridnya berubah menjadi tentara yang teratur dan panatik dalam kepercayaan serta menentang setiap orang yang bermazhab selain syi’ah.Kepemimpinan Sapawi silih berganti, dan semakin eksis sebagai gerakan politik yang didukung oleh pasukan tentara yang kuat yang diberi nama Qizilbash (baret merah) pada masa kepemimpinan Ismail (1501-1524 M). Dialah yang pertama kali memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi di kota Tabriz. Dalam waktu sepuluh tahun ia sudah dapat menguasai seluruh wilayah Persia dan bagian timur B ulan sabit subur (Fortile Crescent).Kerajaan Safawi mencapai puncak kemajuannya pada masa pemerintahan Abbas I . Pada masa pemerintahannya dapat menguasai beberpa daerah yang dikuasi Turki Usmani seperti Tabriz, Sirwan, dan Baghdad (1602 M). Kemudian tahun 1622 M dapat menguasai kepulauan Hurmuz, dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas, sehingga jalur perdagangan antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis dapat dikusainya.Kemajuan Sapawi bukan hanya bidang politik saja tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan, Pada masanya lahir beberapa ilmuwan antara lain Bahauddin al Syaeraji, generalis ilmu pengetahuan, Sadaruddin al Syaeroji, seorang filosof, dan Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad, seorang filosop, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan obesrvasi mengenai kehidupan lebah.Bidang fisik dan seni, para penguasa Safawi telah berhasil membangun Isfahan, Ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Dibangun pula mesjid-mesjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Unsur seni terlihat juga misalnya dalam bentuk kerajinan tangan seperti keramik, karpet, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan lain-lain.Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642), Abbas II (1642-1667), Sulaiman (1667-1694), Husein (1694-1722), Tahmasp II (1722-1732), dan Abbas III (1733-1736). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi semakin lama semakin menurun yang pada akhirnya membawa kepada kehancurannya. Safi Mirza adalah seorang yang pencemburu dan kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Abbas II adalah raja yang suka mabuk minuman keras. Sulaiman selain pecandu narkotika juga menyenangi kehidupan malam beserta harem herem nya.Sedangkan Husein adalah seorang raja yang sangat diskriminatif, terlalu berpihak kepada kaum Syi’ah dan Kejam terhadap penganut Sunni.Itulah antara lain yang menjadi faktor keruntuhan Kerajaan safawi. Faktor lain adalah konplik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani, dekadensi moral dikalangan pembesar-pembesart kerajaan, dan juga konplik interen di kalangan mereka dalam rangka memperebutkan kekuasaan.

Kerajaan Usmani

Pendiri kerajaan ini bernama Usmani, seorang bangsa Turki dari kabilah Oghuz. Ia menyatakan diri sebagai Padisyah al Usmani (raja besar keluarga Usmani) pada tahun 699 H (1300 M). Tahun 1312 M ia menyerang kota Broessa di Bizantium yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaannya. Beberapa tahun kemudian Usmani dapat menaklukkan sebagian benua Eropah seperti Azmir (Smirna) tahun 1327, Thawasyanli tahun 1330, Uskandar tahun 1338, Ankara tahun 1354, dan Gallipoli tahun 1356.Pada masa Sultan Murad I (1359-1389) Usmani dapat menguasai Adrianopel yang kemudian dijadikan ibukotanya yang baru, kemudian ditaklukkan pula Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke eropah, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropah disiapkan untuk memukul mundur pasukan Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropah tersebut. Hanya sayang Sultan Bayazid I ini dapat dikalahkan oleh serangan tentara Timur Lenk dalam pertempuran di Ankara tahun 1402 dan dia sendiri ditawan musuh.Dengan ditawannya Bayazid I ini kerajaan Usmani mengalami kemunduran, sampai diselematkan kembali oleh putranya Muhammad, dan dilanjutkan oleh Murad II (1421-1451) lalu oleh Muhammad II (1451-1481) yang dikenal dengan muhammad Al Fatih . Pada masa kekuasaan Muhammad al Fatih ini, Byzantium dan Konstantinopel ditaklukkan (1453 M).Kerajaan Usmani semakin memantapkan kedudukannya pada masa Sulaiman al Qanuni (1520-1566 M), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan Usmani mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Al Jazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugaslapia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropah. Untuk mengatur pemerintahan Negara disusunlah sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al –Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke 19. Sebab itulah Sultan Sulaiman diberi gelar “al Qanuni.”Dalam pembangunan, Turki Usmani ini lebih mempokuskan kepada bidang politik , kemiliteran dan arsitektur. Bidang politik maksudnya adalah perluasan daerah seperti di atas. Bidang Militer adalah terbentunhya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat. Bidang arsitek misanya banyak dibangun bangunan-bangunan megah, seperti sekolah, rumah sakit,villa, makam, jembatan dan masjid-masjid. Masjid-masjid dihiasi dengan kaligrafi yang indah, misalnya yang terkenal adalah masjid Jami sultan Muhammad Al Fatih, Masjid Agung sulaiman, Masjid Abi ayub Al Anshari dan Masjid Aya Sopia yang awalnya adalah bangunan gerja.Dalam bidang keagamaan, perhatian sultan cukup besar. Patwa-patwa ulama sangat berperan dalam mengambil kebijakan Negara. Mufti adalah sebagai pejabat urusan agama tertinggi yang memberikan fatwa resmi terhadap problematika keagamaan dalam masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa jadi tidak berjalan.Selama kurang lebih 9 abad kerajan Usamani berdiri, tetapi kemudian hancur juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a.Budaya pungli

Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut, sehingga menyebabkan dekadensi moral dan kondisi para pejabat semakin rapuh.

b. Pemberontakan tentara Jenissari (pasukan khusus kerajaan Usmani).
Kemajuan ekspansi kerajan Usmani adalah juga karena peranan yang besar dari tentara Jenissari, maka dapat dibayangkan kalau tentara Jenissari itu sendiri akhirnya memberontak kepada pemerintah.

c. Kemorosotan ekonomi
Perang yang berkepanjangan, menghabiskan uang dan perekonomian Negara merosot, sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.

d. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Terlalu luasnya wilayah kekuasaan Usmani sangat sulit untuk dikontrol. Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehinga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.

e. Kelemahan penguasa
Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh Sultan–sultan yang lemah terutama dalam bidang kepemimpinan. Akhirnya pemerintahan menjadi kacau.

Sejarah Peradaban Islam

Sebelum Islam datang bangsa Arab ketika itu disebut sebagai bangsa terbelakang, jika dibandingkan dengan bangsa bangsa lainnya. Kelahiran Nabi Muhammad pada abad ke enam masehi di tanah Arab, membuka babak baru bangsa Arab secara signifikan. Melalui ajaran-ajaran yang diserukan oleh Nabi Muhammad SAW, tatanan politik dan kebudayaan Arab yang awalnya primitive menjadi beradab, dari watak yang keras menjadi santun dan yang sebelumnya teralienasi menjadi dominasi dunia. Toby E. Huff dalam buku The Rise of Early Modern Science berkata “dari abad kedelapan hinga akhir abad ke empat belas, ilmu pengetahuan Arab (Islam) mungkin adalah sains yang paling maju di dunia, yang jauh melampaui Barat dan Cina.
Menurut Ibnu Khaldun, keterbelakangan bangsa Arab saat itu disebabkan kondisi geografis wilayah yang mendominisasi padang pasir dari pada lahan-lahan subur. Wilayah-wilayah padang pasir menciptakan masyarakat pengembara (nomaden). Solidaritas sosial masyarakat pengembara menyatukan masyarakat-masyarakat kecil yang diawali dari hubungan darah yang menjadi satu suku .
Ekspansi bangsa Arab ke luar Jazirah Arab melahirkan imperium baru, wilayah yang semakin luas, dan mulailah terjadi akulturasi budaya antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa dalam wilayah ekspansinya terjalin. Pada saat itu, di sekitar Jazirah Arab terdapat dua kekaisaran besar yakni Kekaisaran SSaniah di Persia dan Kekaisaran Romawi di Bezantium, sekarang Turki .
Melalui jalur kekaisaran Sassaniah dan Romawi inilah umat Islam memformulasikan keilmuannya. Bersamaan dengan penaklukan umat Islam pada kekaisaran Sassaniah dan Romawi, juga dikuasai sejumlah akademi penting, misalnya pusat pendidikan berbahasa Suryani yang terdapat di Edessa, Nisibis, Resain, Homs dan Balbeek . Puncak keilmuan Islam berlangsung pada masa Bani Abbasiyah khususnya dalam pemerintahan Harun al-Rasyid dan Khalifah al-Makmun. Lebih dari satu abad (632-754 M), umat Islam beradaptasi dengan setiap kebuadyaan di luar budaya dirinya. Adabtasi ini meliputi adaptasi bahasa, bentuk adminisrasi pemerintahan, manajemen Negara, bahkan system monarki yang disadur oleh Mu’awiyah diduga berasal dari konsep kerajaan yang berkembang di Romawi .
Meskipun akulturasi budaya telah terjadi sejak masa Khulafa’ al-Rasidun, transformasi keilmuan Yunani dan Persia oleh berbagai kalangan mufakat dimulai pada masa Abbasiyah, yakni ketika pusat pemerintahan dialihkan Khalifah al-Mansur (754-775 M) ke Baghdad, dekat dengan ibu kota Persia. Puncak masa keemasan ilmu pengetahuan Islam itu sendiri hakekatnya di bangun oleh kholifah –kholifah sesudah al-Mansyur, yaitu al-Mahdi (775-785M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813 -833 M) al-Mu’tashim (833-842 M) .
Pada masa Daulah Abbasiyah, keluarga Barmaki, yang merupakan perdana menteri bagi para Khalifah Abbasiyah, juga memiliki perpustakaan pribadi. Demikian juga pada masa Daulah Fatimiyah, banyak sekali rakyat biasa atau tokoh agama tertentu (Yahudi dan Nasrani) memiliki perpustakaan sendiri. Perpustakan pribadi berkembang meluas pada masa kerajaan-kerajaan kecil pasca jatuhnya Daulah Abbasiyah.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang perpustakaan Islam pada masa tiga kerajaan besar pasca keruntuhan kekholifahan Abassiyah, yaitu masa kerajaan usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughol di India.

Pada masa pertengahan muncul sejumlah nama-nama besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, meskipun secara politik mengalami kemunduran atau kehancuran, akibat serangan bangsa Mongol dan Tartar. Nama-nama besar tersebut antara lain Omar khayyam, Jalaluddin Rumi, Avecinia, Farabi dan lain-lain.

Senin, 10 Januari 2011

Buku-Buku dari Timur Tengah Masuk ke Indonesia

Buku-buku yang masuk di Indonesia banyak sekali, baik itu berkaitan dengan hukum Islam, teologi, akhlak dan lain-lain. Di antara buku-buku itu dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Tasawuf
1. Tuhfah al-Wujud ila Ruh an Nabi karya Muhammad bin Fadlillah al-Burhanpuri.
2. ‘Itaf as-Yakki bi Syarah at-Tuhfah al-Mursalah ila an Nabi karya Ibrahim al-Kurani
3. Tazkirah bi Umur al-Akhirah karya al-Qurtubi.
4. Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghazali
5. Hikam karya Ibn Ata’illah as-Iskandari
6. Lujain ad-Dani fi Manaqib Sayyidi asy-Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jailani karya Ja’far al-Barjanji.
b. Teologi
1. Ad-Durrat al-Fakhirah karya Nuruddin al-jami’.
2. Risalah fi al-Maujud karya Nuruddin al-Jami’
3. Kifayat al-‘Awwam karya al-Fadali
4. Qadha wa Qadar karya Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi
5. Al-Iman karya Ibn Taimiyah
c. Tafsir
1. Tafsir Jalalain karya Jalaluddin as-Suyuti dan Jalaluddin al-Mahalli
2. Tafsir al-Munir karya Imam Nawawi
3. Tafsir Baidawi karya al-Baidawi
4. Tafsir Ibn Kasir karya Imam Abu al-Fida’ Ismail Ibn Kasir ad-Dimasqi
5. Tafsir fi Dzilalil Qur’an karya Sayyid Qutb
6. Tafsir al-Asas karya Sa’id Hawa
d. Akhlak
1. Taisir al-Khallaq ‘Ilm al-Akhlaq karya Hafiz Hasan al-Mas’udi
2. Wasaya al-Aba’ li al-Abna’ karya Muhammad Syakir
3. Tawakkal karya Yusuf Qardawi
e. Bahasa
1. Kitab Alfiyah karya Ibn Malik
2. Matan Alfiyah karya Syeikh Muhammad bin Malik Andalusi
3. An-Nahwu al-Wadih karya ‘Ali dan Mustafa Amin al-Jarimi
f. Hadis
1. Shahih Bukhari karya Imam Bukhari
2. Sahih Muslim karya Imam Muslim
3. Bulughul Maram karya Ibn hajar al-Asqalani
4. Durratun Nasihin karya Usman bin Hasan al-Khubuwi
5. Syarah Mukhtarul Hadis karya sayyid Ahmad al-Hasyimi
g. Fiqh
1. Bidayatul al-Hidayah karya Imam Ghazali
2. Fath al-Wahhab karya Zakariyya al-Ansari
3. Nazam as-Sullam al-Munawwaraq fi al-Mantiq karya Syeikh ‘Abdurrahman al-Ahdari.
4. Al-Mabadi’ al-Fiqhiyyah ‘ala Mazhab al-imam asy-Syafi’I karya ‘Umar ‘Abd. Al-Jabbar
5. Bidayatul Mujtahid karya Ibn Rusyd

Nama-Nama Transmiter Ilmu Pengetahuan Timur Tengah

Di antara nama-nama transmiter pengetahuan Timur Tengah abad 16-20 melalui jalur pendidikan ini antara lain:
a. Transmiter Abad ke-16-17
1. Hamzah Al-Fansuri (w.1590 M) dan Syamsuddin As-Sumartani (1575-1630)
2. Abdul Rau’uf As-Singkili (1615-1693 M)
3. Muhammad Yusuf Al-Makassari (1627-1699 M)
b. Transmiter Abad ke-18
1. Abdul As-Samad Al-Palimbani (1704-1789 M)
2. Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812 M)
c. Transmiter Abad ke -19
1. Syeikh Ahmad Khatib Sambas Ibn ‘Abdul Al-Gaffar (lahir 1805 M)
2. Syeikh Nawawi Al-Bantani (1813-1897 M)
3. Muhammad Salih Bin “Umar As-Samarani (1820-1903 M)
4. Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (1852-1915 M)
5. Syeikh Mahfudz At-Tirmasi (1869-1919 M)
6. Kyai Muhammad Khalil Bangkalan Madura (1819-1925 M)
d. Transmiter Abad ke-20
1. Haji Hasan Mustafa (1852-1930 M)
2. Tahir Jalaluddin (1869-1957 M)
3. Abdullah Ahmad (1878-1934 M)
4. KH. Ahmad Dahlan (lahir 1868 M)
5. KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947 M)
6. KH. Abdul Halim (lahir 1887 M)
7. KH. R. Mohammad Adnan (1889-1969 M)
8. Moenawar Chalil 91908-1961 M)
9. Alumni Timur Tengah misal, Dr. Harun Nasution, KH. Musthofa Bisri, Dr. Mukhtar yahya, dll.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia telah melewati berbagai fase sejarah di tempat asalnya dengan berbagai akulturasi budaya daerah yang disinggahi para penyebar atau muballigh muslim. Dalam perjalan sejarahnya sebelum masuk ke Indonesia, ajaran Islam sudah mengalami proses kodifikasi, sistimatisasi, dan pembidangan ilmu. Berbagai bidang keilmuan Islam yang lahir saat itu antara lain, ‘ulumul Qur’an, ‘ulumul hadis, fiqh, usul fiqh, kalam, tasawuf, linguistik, sastra arab, dan lain-lain. Oleh sebab itu, Islam masuk ke tanah air Indonesia sangat mungkin disertai dengan seperangkat keilmuan yang dibawa oleh para saudagar maupun dai dari Timur Tengah.
Kepastian mengenai kapan Islam pertama kali masuk ke Indonesia, dari mana dan siapa yang membawanya masih menjadi perdebatan para ahli sejarah. Sejumlah teori mengenai kedatangan Islam di Indonesia antara lain teori India, teori Arab, teori Cina, dan teori sufi.Teori India berpendapat bahwa asal Islam di Nusantara adalah anak benua India, bukan Persia atau Arabia. Diantara tokoh teori ini kebanyakan sarjana dari Belanda seperti Pijnapel , Snouck Hurgonje, dan J.P. Moquette . Menurut Pijnapel, Islam datang di Nusantara dibawa oleh orang-orang Arab bermazhab Syafi’I yang bermigrasi dan menetap di wilayah Gujarat dan Malabar India. Teori ini dikembangkan oleh Snouck Horgronje. Menurutnya, setelah Islam berpijak kokoh di beberapa pelabuhan anak benua India, banyak pedagang muslim yang berasal dari kota-kota pelabuhan anak benua India, banyak pedagang muslim yang berasal dari kota-kota pelabuhan itu datang ke Indonesia sebagi penyebar Islam pertama. Selanjutnya disusul oleh orang-orang Arab-kebanyakan keturunan Nabi Muhammad SAW karena menggunakan gelar syarif atau sayyid yang menyelesaikan penyebaran Islam di Indonesia. Bukti-bukti sejarah yang mendukung teori ini yaitu adanya batu nisan di Pasai tertanggal 17 Dzulhijjah 831 H/27 September 1428 M dan batu nisan Maulana Malik Ibrahim (w822 H/1419 M) di Gresik, sama jenisnya dengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat.
Teori Arab dikemukakan oleh T.W. Arnold, Naquib al-Attas, dan keputusan seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia tahun 1963, 1978 dan 1980. Teori Arab berkesimpulan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh orang Arab. Bukti sejarah dalam teori ini adalah dokumen “Izdharul Haqq dan tazkirat Thabakat Jam’u salatin” bahwa kerajaan Islam Perlak didirikan tahun 225 H (abad ke-9), dan catatan Marcopolo tentang kerajaan Perlak.
Teori Sufi yang dikemukakan oleh A.H. Johns, sebagaimana dikutip Azzumardi Azra’ bahwa para sufi pengembaralah yang melakukan penyiaran Islam ke Indonesia dan berhasil mengislamkan sejumlah besar penduduk sejak abad 13. Berkat otoritas karismatik dan kekuatan magis mereka, para sufi dapat mengawini puteri-puteri bangasawan, sehingga dapat memperpudah proses Islamisasi. Teori ke empat bahwa masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Cina. Teori ini dikemukakan oleh Al-Hadad bahwa Islam yang masuk ke Nusantara adalah Islam yang telah melewati beberapa kota di sepanjang jalur Sutera, yakni dari Mekkah, kemudian ke Baghdad (Irak), Kabul (Afganistan) , Kasmir (India), Singkiang , Zaitun, Canton (Cina) dan kemudian baru masuk ke Nusantara.
Dari berbagai teori masuknya Islam ke Indonesia dapat dikatakan bahwa Islam yang berkembang di Indonesia dalam sejarahnya tidak terlepas dari pengaruh Islam di Timur Tengah. Lebih dari itu bahwa dengan kemajuan teknologi dan informasi dewasa ini, fenomena atau wacana keilmuan Islam yang berkembang di Timur Tengah dapat dibaca “dirasakan” oleh masyarakat Indonesia, meskipun mungkin tidak tahu bahasa Arab. Hal ini dikarenakan buku-buku yang diterbitkan di Timur Tengah tidak lama kemudian juga diterbitkan oleh penerbit-penerbit Indonesia dalam edisi terjemahan.
Sumber:
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII Akar Pembaharuan Islam Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 3, 15
A. Hasjmy (ed), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (Bandung: Al-Maarif, 1993), hlm. 52.
Sayyid Alwi Thahir al-Haddad, Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh” (Jakarta : Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta: S al-Mathba’ah al-Daimi, 1957), hlm. 48-49.
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia: Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 62.